Siapa sebenarnya ibu RA
Kartini? istri sah (Garwa Padmi/ Permaisuri) atau Garwa Ampil ( baca:
selir) atau ‘istri muda’?
Polemik yang berkembang di
masyarakat sudah terjawab kini. Fakta Sejarah menyebutkan bahwa istri
bupati Rembang ke 7 Djojo Adiningrat yang pertama R.A.A.A Sukarmilah
wafat pada 13 November 1902 dan tidak mempunyai anak. Setahun kemudian tepatnya
12 November 1903, bupati Rembang menikahi RA Kartini dengan
cara sederhana. RA Kartini wafat pada 17 September 1904, 4 hari
sebelumnya, yaitu pada tanggal 13 September 1904, ia melahirkan anak yang
di beri nama Singgih/ RM Soesalit. Posisi saat RA Kartini meninggal atau
menghembuskan nafasnya terakhir yaitu berada di pangkuan suaminya (menurut
pengakuan para abdi dalem yang ada saat peristiwa itu), bukan di atas tempat
tidur (seperti dalam film RA Kartini yang di sutradarai oleh alm
Sjuman Djaya).
RM Soesalit pernah menjabat sebagai Panglima Divisi
III/ Diponegoro di kota Yogyakarta dan Magelang ( periode 1 Oktober 1946 – 1
Juni 1948) dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. RM Soesalit menikahi Gusti
Bendoro A.A Moerjati, putri Susuhunan Paku Buono IX dan mempunyai
dua putri yaitu R.A Srioerip dan R.A Sri Noerwati (putra pertama
meninggal dan istri RM Soesalit meninggal saat melahirkan putri kedua). Dalam
perjalanan waktu, RM Soesalit memperistri Ray. Loewiyah Soesalit DA
dan mempunyai Putra tunggal, yaitu : RM. Boedi Setiyo Soesalit (
cucu RA Kartini) yang menikahi Ray. Sri Biatini Boedi Setio Soesalit.
Dari pernikahan itu dikarunia 5 orang anak (cicit dari R.A Kartini) yakni: RA.
Kartini Setiawati Soesalit, RM. Kartono Boediman Soesalit,RA Roekmini Soesalit,
RM. Samingoen Bawadiman Soesalit, dan RM. Rahmat Harjanto Soesalit. Mayjen
RM Soesalit Djojo Adiningrat sendiri meninggal di sebuah ruangan di
bangsal Pavilliun Rumah Sakit RSPAD pada 17 Maret 1962, tepat jam 05.30 WIB, di
makamkan di desa Bulu, Rembang dekat dengan makam ibundanya RA Kartini. Tepat
tanggal 21 April 1979, alm Mayjen RM Soesalit Djojo Adiningrat mendapat
anugerah dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Tanda Kehormatan Bintang
Gerilya.